Selasa, 08 Juli 2014

KOREAN WAVE, entertainer or......disaster?

Belakangan ini ada suatu budaya yang menyerang anak muda di Indonesia, budaya yang terlihat sangat menarik bagi mereka -termasuk penulis- dan menyebabkan mereka seakan lupa dengan budaya bangsanya sendiri. Apa itu? KOREAN WAVE! Ya, Korean Wave. Apa Korean Wave itu? Dari sumber yang saya dapatkan, Korean Wave adalah neologism (fenomena) yang berkaitan dengan meningkatnya kepopuleraran budaya Korea Selatan. Korean Wave atau yang lebih akrab disebut Hallyu (한류) pertama kali terjadi di Indonesia kurang lebih pada awal tahun 2000-an ketika drama Korea (K-Drama) yang berjudul Endless Love ditayangkan disalah satu chanel televisi swasta. Dimulai dari tayangnya K-Drama hingga merembet sampai masuknya jenis musik yang berasal dari Korea (K-Pop) yang belakangan ini tidak bisa dipungkiri lagi menjadi kegemaran para anak muda di Indonesia.
Dalam tulisan ini, saya sebagai penulis yang juga termasuk salah satu korban dari Korean Wave ini ingin membahas apa saja dampak yang disebabkan dengan adanya Korean Wave ini. Saya memiliki banyak teman yang sama seperti saya (re : korban Korean Wave) dan setelah saya menanyakan apa saja dampak yang mereka dapatkan dari menjadi korban Korean Wave, saya mendapatkan berbagai macam jawaban. Ada yang positif dan ada yang negatif. Salah satu jawaban positif yang saya dapatkan adalah dengan memiliki minat yang sama dalam Korean Wave ini menjadikan korban Korean Wave bisa bertukar pikiran sat sama lain dan dapat menghasilkan hal yang positif juga menuntungkan, seperti memulai bisnis marchandise yang banyak diminati saat ini. Lalu jawaban negatif yang saya dapatkan lumayan banyak, seperti dengan adanya Korean Wave ini banyak korbannya yang jadi melupakan belajar atau pendidikannya karena lebih memilih untuk mengikuti berita dari Korean Wave dan yang paling mengerikan adalah mulai pudarnya rasa cinta anak muda Indonesia terhadap budaya negerinya sendiri.
Saya sebagai salah satu korban Korean Wave sebetulnya juga merasakan dampak negatif yang teman-teman saya utarakan terutama menjadi pudarnya rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri. Tapi saya rasa bukan pudar tetapi hanya mulai melupakan secara perlahan dan saya akui ini adalah hal yang seharusnya tidak boleh terjadi.
Dan dampak negatif lainnya adalah para korban Korean Wave ini mulai merasa kurang tertarik dengan produk-produk dari bangsa sendiri, karena merak menilai produk dari Korea Selatan lebih memiliki mutu daripada buatan Indonesia. Padahal tidak juga. Ada beberapa barang buatan Indonesia yang lebih baik dibanding buatan Korea Selatan. Hanya saja para korban Korean Wave merasa barang buatan Korea Selatan lebih baik dan paling baik
Korean Wave di Indonesia memang memiliki efek yang luar biasa, karena mereka menyajikan hal yang tidak biasa bagi anak muda Indonesia. Tapi dilihat dari dampaknya, dimana dampak negatif lebih banyak dibanding dampak positif maka dapat dikatakan bahwa Korean Wave ini harusnya diberi batasan. Batasan seberapa besar dan banyaknya budaya Korea Selatan yang bukan budaya asli Indonesia itu masuk ke negeri kita ini.
Hal ini justr tidak mudah jika dilihat dari sudah besar sekali efek dari Korean Wave ini di negeri kita. Tapi masih ada cara untuk mulai menyelesaikan masalah ini. Dimulai dari kesadaran diri sendiri dari para korban Korean Wave sendiri bahwa negeri ini memiliki kebudayaan yang lebih indah dibanding negara tetangga, hanya saja kita kurang memaknainya dan sudah terlanjur tertarik dengan budaya lain. Lalu kerjasama dengan pihak pemerintah untuk menmbantu dalam mempromosikan budaya negeri ini agar terlihat tambah menarik sehingga tidak kalah saing dengan negara lain dan juga kerjasama pemerintah dalam membuat peraturan agar budaa asing jangan sampai membuat budaya di negeri sendiri terliat semu dan mahal. 

Sabtu, 05 Juli 2014

KEPEMIMPINAN

DEFINISI

Kepemimpinan adalah cara atau teknik yang digunakan pimpinan dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

TIPE-TIPE

Menurut Duncan, ada beberapa tipe kepemimpinan. Namun secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu 

  1. Otokratis, tipe ini merupakan tipe kepemimpinan dimana pemimpin banyak mempengaruhi atau menentukan prilaku bawahannya. Dalam tipe ini pemimpin banyak memperhatikan pencapaian tujuan.
  2. Demokratis, tipe ini merupakan tipe kepemimpinan yang lebih banyak menekankan partisipasi bawahan atau pengikutnya dalam menentukan suatu keputusan. Tipe kepemimpinan ini berasumsi bahwa pikiran pendapat orang banyak lebih baik daripada pendapat sendiri.
  3. Leissezfaire (Bebas), tipe ini merupakan tipe kepemimpinan yang lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam tipe kepemimpinan ini, pemimpin akan menyerahkan pengambilan keputusan kepada kepentingan kelompok.
Dari tipe-tipe kepemimpinan yang saya jabarkan di atas, pasti para pembaca sekilas berpikiran siapa pemimpin yang seperti ini atau pemimpin yang seperti itu. Saya pun sebagai penulis juga berpikir demikian. Hanya saja saya tidak memikirkan para pemimpin besar di negara ini atau di dunia, melainkan pemimpin keluarga saya di rumah yaitu Mama.
Sepeninggal Ayah 5 tahun lalu, Mama mengambil alih posisi Ayah sebagai pemimpin keluarga. Jika dilihat dari tipe-tipe kepemimpinan di atas, saya merasa Mama masuk ke dalam tipe Otokratis. Dalam penjabarannya, tipe Otokratis terkesan keras dan kasar. Tapi bagi saya, Mama bukan keras dan kasar melainkan tegas. Beliau ingin segala yang dilakukan oleh anggota keluarga berjalan dengan teratur, jelas dan tepat waktu. Dengan tipe kepemimpinan Mama yang Otokratis di rumah, semua anggota keluarga dapat melakukan hal yang menjadi kewajibannya dengan benar dan teratur.


Refrensi :
  • http://tirzarest.wordpress.com/2011/12/21/teori-dan-tipe-kepemimpinan/
  • http://aloel129.blogspot.com/2012/05/tipe-tipe-kepemimpinan-teori.html