Marmut Merah Jambu merupakkan karya ke-5
dari seorang penulis buku , stan-up comedian dan blogger ternama Raditya Dika. Raditya
Dika adalah seorang penulis dan juga blogger yang telah terkenal dengan buku –
bukunya yang bertema komedi. Buku-buku sebelumnya yaitu Kambing Jantan, Cinta
Brontosaurus, Radikus Makankaskus dan Babi Ngesot. Yang paling terkenal adalah
buku pertamanya yang berjudul Kambing Jantan yang telah dikomikkan dan
difilmkan.Pada tanggal 1 Juni 2010 Bang Dika meluncurkan buku
kelima-nya yang berjudul Marmut Merah Jambu.Dibuku ke-5nya ini Bang Dika tetap
mempertahankan gaya berceritanya yang lucu dan menggunakan bahasa yang informal
sehingga para pembaca setianya yang kebanyakan remaja ini dapat menikmati
karyanya tanpa merasa risau dengan bahasa yang terlalu kaku.
Dibuku
ke-5nya ini Bang Dika banyak menceritakan kehidupan percintaannya dari zama SD
hingga menjadi penulis buku serta stan-up comedian ternama seperti sekarang
ini. Dibuku ini Bang Dika juga menceritakan pengalamannya dalam menggarap buku
pertamanya yang berjudul Kambing Jantan untuk dijadikan film. Dibuku ini juga
Bang Dika menceritakan tentang keluarganya, dimulai dari adik perempuan
pertamanya yang bernama Yuditha lalu adik kembarnya yang bernama Ingga dan Anggi
dan tidak ketinggalan adik bungsunya yang bernama Edgar plus kucing kesayangan
keluarga mereka yang bernama Alfa yang mengambil bagian penting dari buku ini
karena Bang Dika menuliskan satu bab khusus yang menceritakan semua hal
dari sudut pandang Alfa si kucing.
Bang Dika memulai buku ini
dengan berusaha memahami apa itu cinta melalui introspeksi ke dalam pengalaman
– pengalaman Bang Dika sendiri. Alih – alih seperti belalang, Dika merasa
seperti seekor marmut merah jambu yang terus – menerus jatuh cinta, loncat dari
satu hubungan ke hubungan yang lainnya, mencoba terus berlari di dalam roda
bernama cinta, seolah – olah maju, tapi tidak, karena sebenarnya jalan di
tempat. Seperti marmut yang tidak tau kapan harus berhenti berlari di roda yang
berputar.
Dibuku ini ada bagian dari
Bang Dika tentang pemikirannya terhadap keluarga yang awalnya dia kira cuek dan
tidak peduli terhadapnya tepi ternyata sangat menyayanginya. Bang Dika juga
mengkritik tentang film-film dan band Indonesia masa kini yang dianggap
terlalau melancong jauh dari arti seni yang seharusnya.
Keunggulan buku ini adalah :
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dan itu mudah dipahami, karena sebagian besar pembacanya adalah anak remaja.
- Alurnya mudah dimengerti.
- Cover depannya memiliki warna yang terang dan cerah.
- Kertas yang digunakan mempunyai kualitas yang bagus.
Kekurangan buku ini adalah :
- Ada beberapa kalimat yang tidak lengkap atau hilang pada beberapa bab.
- Ada paragraf yang tidak selesai, sehingga membuat pembaca agak bingung dengan apa yang sedang dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar